Apa kabar saudara sekalian? Semoga tetap dalam
lindungan Allah SWT. Amin. Diantara Kita pasti banyak yang tau tentang suatu
konsep filosofi ramalan zaman yang dikenal dengan istilah Ramalan Jayabaya.
Dalam masyarakat Jawa disebut Joyoboyo. Untuk lebih jelasnya tentang Joyoboyo
dan ramalan tersebut, silahkan mampir ke rumah Mas Wiki
saya tidak
akan menyebutkan tentang Ramalan Jayabaya tersebut karena sudah dijelaskan
panjang lebar oleh Mas Wiki di rumahnya. Saya hanya akan mencoba
menelaah kejadian yang ada sekarang bila dikaitkan dengan Ramalan Jayabaya
tersebut. Menurut saya, ramalan tersebut ada benarnya juga. Dari hal-hal yang
bisa saya pahami dibawah ini:
Pertama,
merajalelanya korupsi di tanah air, dalam berbagai bentuk, tingkatan jabatan
dan kekuasaan. Ini menandakan bahwa harta kekayaan dalam rupa uang masih
menjadi orientasi politik kekuasaan, baik itu dilakukan oleh elite politik
maupun oleh masyarakat. Uang telah membutakan mata hati, bukan hanya pejabat
politik tingkat elite tetapi juga telah sampai ke desa-desa. Kedua, tidak
adanya kepastian hukum. Upaya penegakan hukum masih terbentur pada kepentingan
politik tertentu. Sehingga membawa akibat pada tidak terlaksanya keadilan, juga
yang lebih serius adalah tidak ditegakkannya hak asasi manusia dalam hukum.
Eksekusi mati, yang masih berlaku di negeri ini menjadi indikasi hilangnya
penghargaan terhadap hak asasi manusia. Ketiga, hilangnya kepercayaan
masyarakat terhadap sosok pemimpimnya. Kecenderungan para pemimpin negara untuk
mementingkan diri sendiri, mengejar kehendaknya sendiri dan tidak pro-rakyat
memberi dampak pada keengganan rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
berpolitik.Keempat, kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat kecil. Terbukti
baru-baru ini konversi minyak dan kenaikan tarif tol yang berorientasi kepada
kepentingan ekonomi pejabat negara. Orientasi politik elite negeri yang hanya
mementingkan segelintir orang terbaca jelas dalam kebijakan-kebijakan yang
dileuarkan. Inilah ‘wahyu setan’ seperti yang dikatakan Prabu Jayabaya.Kelima,
moralitas yang tercabik dan kesejahteraan sosial yang terbengkalai. Munculnya
berbagai aksi kejahatan, pemerkosaan, penceraian, saling fitnah dan menfitnah,
isu dan gosip murahan, sampai isu separatisme dan disintegrasi menjadi indikasi
jelas akan hal tersebut. Keenam, kemiskinan secara ekonomis. Kemelut
ekonomi masih mendera kehidupan masyarakat banyak, sementara tuntutan negara
terhadap masyarakat melambung tinggi di luar batas kemampuan, misalnya semakin
besarnya jumlah pajak, mahalnya bahan-bahan pokok atau vital seperti sandang
dan pangan. Hal ini semakin diperparah dengan situasi atau kondisi alam yang
tidak memungkinkan, seperti kering yang berkepanjangan dan ketakutan akan
bahaya alam yang terus mengintai setiap saat seperti banjir, tanah longsor,
gempa bumi dan tsunami. Ketujuh, di hadapan situasi runyam di atas,
masyarakat tampaknya merindukan seorang Sultan Herucakra, seorang Satrio
Piningit. Dalam ramalan Jayabaya tokoh ini dilambangkan sebagai Tunjung Putih
Semune Pudak Sinumpet. Maknanya kurang lebih adalah ‘seorang berhati suci,
masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan‘.
Sebenarnya
jika kita bisa menelaah lebih detail, masih banyak Ramalan Jayabaya yang telah
terbukti sekarang ini. Yang belum terjadi adalah tentang adanya Sang Ratu
Adil. Tapi apakah itu ada atau tidak wallahua'lam, hanya Allah yang tau. Yang
jelas kita tetap berharap semoga Ratu Adil itu akan ada dinegeri kita ini.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon